05 Juni 2009

Rumah Batik Rumah Batik Komar: Mencetak Tradisi Menuai Prestasi

Rumah Batik Rumah Batik Komar baru menginjak usia yang ke-11 pada tahun ini. Dengan usia yang belia ini, tempat persenggamaan Rumah Batik Komarudin Kudiya dengan kreativitasnya ini telah mengibarkan prestasi yang mampu menembus dunia dengan batiknya. Spanduk berketerangan Batik Terpanjang di Dunia sebagai salah satu bukti pencatatan rekor dari Museum Rekor Indonesia dan Guiness Book of World Records yang telah ia toreh, terpampang di kediamannya. Torehan tersebut tentu saja tidak diraih dengan persaingan yang instan. Masa-masa yang sulit dan penuh makna telah ia lewati. Meski terlahir sebagai penerus “clan” pengrajin batik handal, hadangan pertama justru dating dari keluarganya. Ia pun sempat menjalani kehidupan “yang tidak kreatif”, tapi tak melunturkan cintanya pada batik. Ia masih bisa mencari kesempatan untuk berjualan batik. Kota Bandung tentu menjadi kota yang pas untuk serius menjadikan batik sebagai jaminan hidup.

Hingga pada akhirnya ia memiliki tempat tersendiri di Jalan Sumbawa 22 Bandung. Rumah Batik Rumah Batik Komar, merk yang ia tancapkan di Kota Mode Parisj Van Java (Bandung) ini merupakan manifestasi keseriusannya untuk menggeluti bidang fashion. Dibutuhkan segala yang lebih untuk menumbuhkembangkan usahanya ini di tengah kota yang secara tradisi kental dengan mode dan tentu saja penuh dengan persaingan lokal maupun mancanegara. Kreativitas. Pak Rumah Batik Komar memiliki itu.

Walaupun bicara batik, di tengah era kebebasan seperti ini, kampanye cinta tanah air tak dapat dijadikan tumpuan untuk memopulerkan batik sebagai kekayaan bangsa yang harus dilestarikan. Ini industri kreatif. Gagasan dan ide adalah segalanya. Pak Rumah Batik Komar menyadari akan hal itu. Sebagai buktinya ia kini telah menciptakan lebih dari 4000 desain yang masih terdokumentasikan dengan baik. Ia lakukan setiap tahapan dalam membatik di kediamannya yang terletak di Komp.Cibeunying Permai V No.25 Bandung. Ia menggali ide, menciptakan mengarahkan pegawainya, memastikan setiap proses pembatikan, mengatur manajemen usahanya, dan menggerakan beberapa organisasi yang berkaitan dengan usahanya telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupannya.

Dari usaha-batiknyalah Pak Rumah Batik Komar dapat memberikan penghidupan kepada dirinya dan keluarganya dengan baik. Tak sebatas itu, Rumah Batik Rumah Batik Komar pun dapat memberikan penghidupan yang layak 200 orang karyawan yang bekerja kepadanya. Pemberian pesangon yang cukup tinggi menjadi salah satu upaya untuk menjaga kualitas batik yang dihasilkan. Hal itu dilakukan mengingat peran para karyawan yang terbagi dengan spesialisasi tertentu sangat vital bagi hasil jadi dari batik produksinya. Faktor kedekatan emosional yang telah terbangun dengan karyawannya pun menjadi pendukung untuk menjaga kondusivitas kerja di Rumah Batik Rumah Batik Komar.

Kita akan mendapati perjalanan yang progresif tapi tidak instan dari Rumah Batik Rumah Batik Komar. Sejak tahun 1998, Rumah Batik Komar memulai usaha batik dengan jumlah karyawan tiga orang. Pada awalnya showrom batik Rumah Batik Komar menempati ruko milik dosen Marketing Unpad, DR Dwi Kartini di daerah Setrasari Mall selama kurang lebih dua tahun. Kemudian tahun ke-3 pindah tempat ke Jl. RE Martadinata dengan sistem membayar 10 % dari total penjualan per bulan di Kedai Tempo Doeloe, selama satu tahun. Tahun ke-3 baru mulai sewa ruko di jalan RE Martadinata 34 dengan masa sewa tiga tahun. Tiap tahun usaha mengalami kemajuan hingga bisa menambah beberapa pekerja baru yang mempunyai keahlian serta kemampuan yang sesuai dengan bidangnya. Jumlah karyawan hingga saat sekarang sudah mencapai 225 orang, yang tersebar di 2 kota, yaitu Bandung dan Cirebon.

Tahun 2003 batik Rumah Batik Komar bisa membeli tempat sendiri di Jl. Sumbawa 22 Bandung. Sejak saat itu hingga sekarang lokasi tersebut dijadikan pusat penjualan dan sebagai kantor untuk kegiatan administrasi usaha.

Dalam pengembangan desain-desain batik, pembelian bahan baku serta pendistribusian produk batik-batik yang sudah jadi, dipusatkan di Kota Bandung. Sedangkan untuk proses pewarnaan dipusatkan di Cirebon. Hal ini dikarenakan pada proses pewarnaan dan finishing produk lebih banyak membutuhkan tenaga kerja wanita, sehingga Cirebon lebih cocok dengan jumlah sumber daya manusia yang tersedia serta upah kerja yang lebih rendah bilamana dibandingkan dengan Kota Bandung.

Dipilihnya kota Bandung sebagai pusat pengembangan desain, dikarenakan Bandung merupakan salah satu pusat mode (Parisj van Java), lebih dekat dan lebih mudah untuk akses ke Jakarta, banyak institusi pendidikan dan perguruan tinggi seni, banyak seniman yang mempunyai reputasi nasional dan internasional dan masih banyak lagi hal positif yang dapat dijadikan alasan. Bandung adalah kota yang tepat untuk menjalankan usaha batik khususnya batik Rumah Batik Komar.
Ide pemberian nama merk Rumah Batik Komar sendiri adalah atas saran dosen dan ahli marketing dari Unpad yang secara kebetulan beliau juga adalah pengguna produk batik Rumah batik Komar.

Satu hal yang bisa jadi membuat eksistensi dan kreativitas Rumah Batik Komar dapat berkembang dengan pesat adalah kesediaan Pak Komar untuk membagikan ilmu dan pengalamannya tentang serba serbi usaha batik. Bermula dari tugas yang diberikan oleh Departemen DEPERINDAG pusat sejak tahun 2001 untuk berbagi ilmu batik dengan pengrajin batik di Riau. Selanjutnya secara terbuka Rumah Batik Komar menerima peserta pelatihan batik dari seluruh provinsi yang memerlukan pembinaan dan pelatihan batik secara khusus. Selama ini yang berjalan dan terbina dengan baik adalah dari kantor dinas Perindustrian dan Perdagangan wilayah Jambi, Riau, Makasar, Palu dan Polewali Mandar. Selebihnya dari beberapa dekranas dan pengrajin batik yang memerlukan.

Dengan semangat kreativitas dan inovasi, Rumah Batik Komar memiliki potensi untuk turut membidani “lahirnya” Batik khas Bandung. Terciptanya tren batik baru dari kota mode ini barang tentu akan mengejutkan dunia fashion dalam negeri pada khususnya dan tentu dunia pada umumnya. Saatnya kekayaan bangsa yang satu ini kita apresiasi, kita kenakan, dan kita kembangkan untuk menembus batas negara.

2 komentar:

  1. wah cba ada foto ilustrasinya yahh..
    hehe
    kan pengen tau

    BalasHapus
  2. wahh saya salut bgt sama om komar...dia ngerintisnya dari nol...

    BalasHapus