08 April 2009

Internet, Antara Iya dan Bukan

Sebuah pernyataan terlontar, internet bukan media massa. Teringat bentuk soal matematika yang tidak biasa saat dulu di SMA. Soal tidak ditanyakan berapa atau apa hasilnya (sama dengan berapa), melainkan sebuah soal yang telah ada jawabannya dan yang diminta adalah buktinya (langkah-langkahnya). Pada akhir pembuktian harus ada kesimpulan, pernyataan itu benar atau salah. Yang terjadi, pernyataannya bisa jadi memang atau mungkin juga pembuktiannya yang keliru. Bila dianalogikan, seperti inilah persoalan yang diungkap kali ini. Pembuktian terhadap suatu statement. Menarik.

Ada dua variabel atau dapat dikatakan masalah yang ada pada pernyataan itu, yaitu internet dan media massa. Berbicara internet berarti berbicara perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communication Technology/ICT), seperti yang diketahui, telah membawa sejumlah perubahan dalam kehidupan masyarakat dunia. Sekarang ini masyarakat dapat memperoleh informasi secara cepat dan lengkap dengan adanya jaringan komputer yang saling terhubung dari seluruh penjuru dunia (internet). Mekanisme baru dalam berkomunikasi, ditandai dengan penggunaan mutimedia dimana teks, suara, gambar atau grafis dapat diakses sekaligus ke dalam seperangkat media, telah mendorong perubahan di berbagai aktivitas industri komunikasi.

Dalam catatan McMillan(2004), teknologi komunikasi baru memungkinkan sebuah media memfasilitasi komunikasi interpersonal yang termediasi. Dahulu ketika internet muncul di penghujung abad ke-21, pengguna internet dan masyarakat luas masih mengidentikkannya sebagai ”alat” semata. Tak dapat dipungkiri awal "kelahirannya" internet memang hanyalah sebatas alat atau perangkat. Pengembangnya adalah Pentagon pada tahun 1960-an. Internet merupakan sistem hubungan jarak jauh dari berbagai jaringan komputer, yang dihubungkan melalui modem dan jalur telepon.

Berbeda halnya sekarang, internet menjadi ”media” tersendiri yang bahkan mempunyai kemampuan interaktif. Kasus serupa pernah "dialami" oleh radio, dan televisi. Awalnya, kedua benda tersebut benar-benar dimaknai sebatas barang alias alat. Namun, bila berbicara dalam konteks komunikasi, kedua barang elektronik tersebut tentu dimaknai lebih dari itu. Keduanya masuk dalam kategori media komunikasi massa. Sifat interactivity dari penggunaan internet sebagai media konvergen, telah melampaui kemampuan potensi umpan balik (feedback). Hal ini karena seorang khalayak pengakses media konvergen secara langsung memberikan umpan balik atas pesan-pesan yang disampaikan. Karakteristik komunikasi massa tradisional di mana umpan baliknya tertunda menjadi lenyap karena kemampuan interaktif dari internet. Dengan pemaparan demikian tidak serta merta internet dapat dikatakan sebagai media massa layaknya radio dan televisi. Pemaparan media massa akan berlanjut pada komunikasi massa. Karena bila hanya melihat pengertian media massa penjelasan masih menggantung dan belum tuntas. Media massa sendiri dalam kajian komunikasi massa sering dipahami sebagai perangkat-perangkat yang diorganisir untuk berkomunikasi secara terbuka dan pada situasi yang berjarak kepada khalayak luas dalam waktu yang singkat (McQuail, 2002:17). Komunikasi massa itu sendiri apa?

Beberapa definisi komunikasi massa, di antaranya:
  • Komunikasi massa adalah proses di mana informasi diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh khalayak (Ruben, 1992)
  • Komunikasi massa adalah pesan-pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah orang. (Bittner, 1980)
  • Komunikasi massa adalah suatu proses dalam mana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-pesan secara luas, dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan berbeda-beda dengan melalui berbagai cara. (DeFleur dan Denis, 1985)

Dari ketiga defenisi di atas dapat disarikan beberapa unsur yang terlibat dalam komunikasi massa. Yaitu: sumber, khalayak, pesan, proses, konteks, media. Komunikasi massa memiliki karakteristik tersendiri. Pertama, ditujukan pada khalayak yang luas, heterogen, anonim, tersebar dan tidak mengenal batas geografis-kultural. Kedua, bersifat umum, bukan perorangan atau pribadi. Kegiatan penciptaan pesan melilbatkan orang banyak dan terorganisasi. Ketiga, pola penyampaian bersifat cepat dan tidak terkendala oleh waktu dalam menjangkau khalayak yang luas. Keempat, penyampaian pesan cenderung satu arah. Kelima, kegiatan komunikasi terencana, terjadwal dan terorganisasi. Keenam, penyampaian pesan bersifat berkala, tidak bersifat temporer. Ketujuh, isi pesan mencakup berbagai aspek kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, politik dll).Ada yang beranggapan bahwa internet dikategorikan sebagai media massa. Tetapi bila melihat poin-poin di atas, tak dapat dikatakan bahwa internet itu disebut sebagai media massa. Penyebutan internet dapat menimbulkan generalisasi terhadap seluruh halaman-halaman informasi (situs) yang ada di dalamnya.

Padahal situs-situs yang ada di dalam internet itu sendiri tidak sedikit yang dikelola secara individu, tidak terjamin kecepatan dan keakuratannya, dan kadang isi tidak dapat dipertanggungjawabkan. Perbedaannya media massa itu tentu saja berada di bawah naungan sebuah orgainsasi atau perusahaan media massa, sehingga memiliki struktur dasar: redaksi/program, administrasi bisnis, produksi/technical supports.; tidak sembarangan orang menuangkan kreatifitasnya dalam suatu media massa, kecuali mereka yang benar-benar terlibat dalam organisasi media massa tersebut; media massa memiliki pasar khusus, pelanggan khusus dan bersaing.

Oleh karenanya, diperlukan pendekatan baru di dalam melihat fenomena komunikasi massa. Terobosan dapat dilakukan oleh beberapa pihak dalam memanfaatkan internet secara lebih bertanggung jawab dan dapat dipertanggungjawabkan, seperti dilakukan oleh media konvensional saat ini di tengah era konvergensi. Tetap saja saat ini dengan teori yang ada, dapat dikatakan bahwa internet (secara umum) belum bisa dikatakan sebagai media massa. Namun, ini bukanlah persoalan matematika yang hasilnya pasti sebagaimana ilmu eksakta. Ini adalah persoalan sosial dan bukan tidak mungkin teori berubah.

(Abdalah Gifar dan Hafiyyan)

Referensi
Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa: Sebuah Pengantar. Bandung: Simbiosa.
Bland, Michael. 2001. Hubungan Media yang Efektif: Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Mulyana, Deddy. 2007, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:Rosda.
http://kuliah.dagdigdug.com diakses 08:00 am; 08/04/2009.
http://komunikasimassa-umy.blogspot.com 08:00 am; 08/04/2009.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar